yang melintas
di tubuh subuh yang paling gigil. sisa mimpi berserabut
berebut menempati petak-petak dalam ingatan sebelum akhirnya tak terekam
bukankah engkau; di dalam mimpiku menanam benih cahaya matahari?
malam lain tertinggal di belakang
ketika tubuhmu bergetah merapat ke bayangbayang
sehabis kisah kehidupan. dan bisikan tentang harapan
masih ada untuk aku dan kau pada waktunya. keluar dari ruang asing
bersama mengenyahkan gigil di subuh hari yang lain
kemudian menikmati cahaya matahari
yang perlahan-lahan tumbuh
mengeja firman Tuhan
maka masukilah saja mimpiku seperti biasa
sebab benihbenih cahaya matahari akan merekam dirinya sendiri
ke dalam terang
itulah, sayang, saat kau dan aku tengah di garis waktu
(Taman Kajang Sentral, 25 Agustus 2012 7:33 PM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar