Kamis, 10 September 2009

Perempuan Yang Bercerita Tentang Seseorang Yang Dipanggilnya D (2)

Semalam perempuan itu mengirimiku sms. Ini adalah sms kesekian kali setelah pertemuan kami di pantai waktu itu. Aku telah hampir melupakan wajahnya, tetapi aku tak pernah melupakan tatapan mata yang mampu membuatku kembali dari sebuah perjalanan tanpa ujung yang melelahkan. Aku telah kembali menjadi diriku yang utuh, tetap dengan kenangan menyakitkan itu, tetapi aku tak lagi merasakannya sebagai sebuah beban. Kenangan adalah sesuatu yang tak perlu diperlakukan berlebihan. Dengan sendirinya, dalam porsi yang cukup ia mengambil bagian dalam kehidupan kita. Kita akan menyimpannya dalam lipatan limbik, ia akan tetap di sana, diam, sampai kapanpun.


Ak membuatmu terinspirasi utk lbh mudah melewati kesedihanmu. Mengapa hal yang sama malah tdk kualami?


Mungkin, kenangan membutuhkan waktu untuk mengikhlaskan dirinya disimpan. Kenangan seperti segala sesuatu yang ingin selalu berada di puncak, tampak, terlihat dan tak mau disembunyikan. Kenangan juga memiliki kekuatan untuk menguasai. Kenangan, bersama-sama dengan waktu, pada saat tertentu, akan merampas kekinian dan melemparkan kita ke dalam lorong gelap masa lalu. Yang paling menyakitkan adalah jika kita tak mampu mengatasi kesedihan yang timbul; sebab dari berbagai kasus kenangan lebih kuat menghadirkan kesedihan ketimbang kebahagiaan. Jujurlah, sepanjang hidup sampai hari ini, berapa banyak kenangan yang membuat sedih? Bandingkan dengan kenangan yang membuat bahagia.


Bulsh*t kau bilang kesibukan bisa mengalihkanmu dari sesuatu! Tdk. Tdk. Aku mengalami hari-hari paling sibuk, tekanan , hdp dlm ketakberaturan mengejar deadline. Dan itu semua tak mengalihkan apapun. Dia hdir di dl *some text missing*


*some text missing* m baris-baris coding. Wajahnya jelas saat aku berada di dpn komputer mengerjakan apapun. Tnyata, ak msih dikuasai kenangan.


Aku tercenung. Betapa anehnya kehidupan. Betapa demikian cepat segalanya berubah. Dalam satu detik tawa lepas dapat menjadi tangisan sedu. Dan betapa anehnya pula, pengalaman orang lain dapat membawa kita mengambil jalan benar, tetapi orang lain yang kita jadikan cermin itu masih saja terkungkung dalam kegelapannya, dalam ruangnya sendiri.


Perempuan itu tak saja mengirimiku sms, ia juga menulis surat elektronik. Kotak masuk emailku menampilkan pesan-pesan baru setiap minggu. Dari sana aku tahu bahwa perempuan itu memiliki jadwal tetap online di tengah hari-hari sibuk. Ia barangkali semacam orang yang memiliki kehidupan ganda. Entah menjadi pribadi siapa ketika ia berselancar di dunia maya. Orang-orang berhak memilih untuk jadi diri sendiri atau jadi pribadi yang diinginkan di dunia maya, tak akan ada yang mengeluhkan.


Tahu tidak, Tuhan kan adil. Akan ada balasan bagi setiap perbuatan. Perbuatanku, perbuatanmu, siapa saja. Orang-orang akan menuai dari apa yang ia tanam. Dan tahu tidak, kebahagiaan adalah ketika orang lain menjadi bahagia atas apa yang kita lakukan, bukan menjadi bahagia sendiri tanpa mempedulikan dampak yang terjadi pada orang lain. Satu lagi, tahu tidak, kemerdekaan sejati hadir dari keberanian mengikuti kata hati (:D ini slogan dalam iklan rokok, kubaca di baliho pinggir jalan….) Apa coba kaitannya, kau pasti akan bilang begitu kan? Kapan-kapan aku kirim email lagi, tapi bukan untuk menjelaskan apa kaitan ketiga hal itu. :D


Aku menunggu. Dan email berikutnya memang tak membahas hal itu.


Hai, aku tak ingin lagi merasakan cinta sejati. Setelah kupikir-pikir, cinta semu lebih menyenangkan. Cinta sejati akan membuatmu dikejar-kejar pertanyaan apa kesalahanmu, apa kekuranganmu, dan selalu menuntut pengorbanan yang lebih besar serta pemberian maaf atas kesalahan sebesar apapun. Cinta semu akan melepaskanmu dari hal-hal itu dan akan membawamu bersenang-senang. Sungguh. Coba saja. Dan, tahu tidak, aku menginginkan cinta semu yang banyaaaak!


Itu adalah isi email yang menjadi tonggak perubahan caraku melihatnya. Kepribadian sendu dan teduh yang kubaca dari sikapnya di pantai hari itu, seolah-olah hilang. Aku seolah-olah tak berhadapan dengan perempuan yang sama, yang dengan menggebu-gebu namun sentimental menceritakan seseorang yang dipanggilnya D, yang kelak kusimpulkan sebagai cinta sejati yang ia sebut-sebut itu. Perempuan itu seolah telah jadi orang lain.


Org lain? Betapa cepat kau menyimpulkan sesuatu yg bahkan tak berada di dpn matamu.


Aku ingin menemuinya, setelah emailnya yang terakhir;


Aku masih suka laut. Aku tak menjadi orang lain, tetapi memang ada hal-hal yang harus aku ubah dari pikiranku. Semisal konsep cinta sejati itu. Tak ada yang bisa menjamin bahwa setiap perubahan adalah menjadi lebih baik. Aku banyak mengalami kemajuan dalam kehidupanku, contohnya di bidang pekerjaan, aku juga punya teman-teman baru. Nah. Teman-teman baru membawaku pada cinta-cinta semu yang baru. Tahu tidak, setelah orang-orang dari masa lalu memasuki lagi kehidupanku, aku jenuh juga. Aku butuh sesuatu yang segar, seperti es buah mangga. Segar dan manis. Kemajuan di satu bidang, dan kemunduran di bidang yang lain juga katamu? Haha…kehidupan memang aneh. Tentang kejadian itu aku marah. Aku juga meredam. Aku luka dan jalang seperti Chairil. Aku juga terbuang dari kumpulanku. Asing. Entah bertemu siapa dan menjadi apa. Entah terbang mengikuti angin mana dan sampai ke mana. Aku berdarah. Aku ingin berteriak, memaki, membanting sesuatu, membunuh orang, mencincangnya dan membuangnya ke laut. Tapi hanya ingin. Aku tak mampu. Bahkan untuk meringankan rasa sakit itu aku tak mampu. Hei, kau benar bilang bahwa jangan menekan sesuatu ke dalam terlalu kuat sebab akan berbalik mendorong keluar sekuat kau menekannya. Bolehlah contohmu tentang artis sinetron yang merilis kemarahannya ke dalam video. Tetapi setidaknya aku lebih elegan merilis kemarahanku lewat tulisan-tulisan yang kukirim padamu. Aku sedang menuntaskan kemarahanku. Siapa coba yang mau hidup dengan kemarahan? Itu akan sangat menyiksa. Aku tak mau tersiksa dengan rasa apapun, pun rasa ‘sangat mencintai’. Persetan. Tidak persetan dengan ‘cinta’nya, coz cinta banyak memiliki sisi yang baik. Tahu tidak, aku masih mau bermain cinta, menanggapinya, tetapi tidak untuk cinta yang sejati itu. Sudah sakit-sakit, tidak selalu dihargai. Buka mata. Ada banyak cinta yang bisa mengajak bersenang-senang, tanpa rasa cemburu, tanpa rasa sakit, tanpa pengorbanan atau janji yang muluk-muluk sebab sudah saling tahu itu semu. Sudah ya….aku kasih tahu, sekarang aku sedang dekat dengan seseorang. Cinta semu yang entah keberapa kali kualami lagi sejak kejadian itu. Aku membutuhkan banyak pengalih perhatian, kau mengerti kan?




*


D, siapapun kau, di manapun kau, apakah kau melihatnya seperti aku melihatnya? Kehidupan itu maksudku, apakah kau melihatnya seperti aku melihatnya? Kehidupan itu begitu aneh. Pengalaman membuat orang bertumbuh, benar. Pengalaman juga yang membuat orang terpuruk atau kehilangan kemanusiaannya. Di rumah sakit jiwa, berapa perbandingan pasien yang sakit sebab pengalaman hidup dibanding kelainan genetis? Perubahan kepribadian dapat terjadi tanpa bisa kita duga. Ada orang-orang yang memang kuat menghadapi terpaan badai dalam kehidupannya, ada orang-orang yang tidak sekuat itu. Dalam kasus perempuan yang memanggilmu D, kupikir dan kau pikir mestinya bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Kau percaya, aku pun percaya perempuan itu memiliki kekuatan atas apa yang ditimpakan padanya sebab Tuhan tidak akan mencoba di luar batas ukuran kekuatan. Dia hanya belum dapat kembali dari lorong itu. Dia belum dapat utuh lagi menemukan dirinya sendiri. Dia masih berupa kenangan-kenangan yang terpecah-pecah, dia masih berupa gasing yang belum berhenti berputar meskipun kesibukan menghalanginya dari segala arah. Mungkin, akan butuh waktu lama seperti menyembuhkan cedera.


D, ada kala seseorang berada pada titik seperti daun kering tertiup angin. Tak mengerti dan tak peduli kemana angin akan membawanya. Tak ada rencana. Segala gagasan hanya menjadi gagasan saja. Waktu, lagi-lagi waktu, katanya mampu mengembalikan semua menjadi normal. Benarkah? Selalu ada keraguan; apakah waktu dapat membuat gelas yang pecah kembali utuh, atau membuat buah yang busuk kembali ranum dan harum? Dia, perempuan itu, sedang berada pada kala yang kusebutkan tadi. Perempuan yang bercerita tentangmu itu sedang melayang-layang sebagai daun yang diseret angin kemana-mana dan tak berdaya memenuhi keinginannya untuk jatuh di tempat yang indah. Gagasan-gagasan baik hanya tertinggal sebagai gagasan, sementara ia memilih cara lain untuk menjalani kehidupannya.


Apakah kau melihatnya? Atau kau bahkan tak peduli sama sekali?


*


Aku benar-benar mengambil keputusan untuk menemuinya. Berbekal beberapa baris alamat yang kucatat dalam handphone aku menemukan rumah kostnya. Sepi. Seperti hunian mati. Mungkin sebab aku kesana pada malam, dan orang-orang mulai berangkat tidur. Aku mengetuk. Tak ada jawab. Aku mengetuk lagi. Tak ada jawab lagi. Aku memutar pegangan pintu. Terbuka. Aku masuk. Di dalam tak kulihat siapa-siapa. Pintu kamar mandi terbuka. Aku melongok dan hanya menemukan ember penuh cucian kotor yang direndam. Aku meraba saku celanaku, mengambil handphone.


“Kamu di mana?” aku meneleponnya. Lalu suara derit terdengar. Wajahnya muncul dari jendela kecil yang hanya muat bagi tubuh kurus. Dan untung saja tubuhku kurus. Aku menyelinap melalui jendela itu. Ternyata itu tak menuju ke luar. Ada semacam bunker kecil di belakang, barangkali 1x1 meter lebih sedikit. Cahaya bulan masuk melalui langit-langit tinggi yang terbuka, jatuh membentuk bayang-bayang. Ruangan itu gelap, dan dia duduk di sana. Memandang ke atas. Seperti bercakap-cakap dengan bulan melalui sinar matanya. Dan ia tak pernah lepas dari batang-batang rokok itu. Puntung berserakan.


“Indah tidak? Inilah alasanku mengambil kamar ini. Ada ruangan rahasia di sini. Aku bisa menatap bulan jam dua malam sekalipun, sendirian, aman, tidak kedinginan.”


Lalu kami hanya diam sepanjang malam itu. Melihat bulan sampai tak terlihat lagi. Setidaknya aku lega ia baik-baik saja, meskipun tampak lebih tirus dan kurus. Dan lelah. Mungkin sebab pekerjaan yang menekannya akhir-akhir ini. Setidaknya ia baik-baik saja, secara fisik. Ia sempat bergurau bahwa cinta yang membuatnya selalu merasa punya arti hidup di dunia ini, tetapi cinta juga yang membuatnya merasa benar-benar tidak berarti. Cinta membuatnya merasa sangat fit, dan cinta juga yang mengirimkan penyakit-penyakit psikosomatis pada tubuhnya. Di dalam bunker itu, kami sama-sama merenungkan perjalanan, dan berpikir untuk berhenti sejenak melepas lelah. Adakah yang bisa menyembuhkan luka hati selain ketulusan? Adakah yang bisa mengembalikan harapan setelah putus asa, selain sisa-sisa harapan itu sendiri?


I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove what I know to be true,
But I know that I still have to try

If I die tomorrow I'd be all right,
Because I believe that after we're gone
The spirit carries on

(Dream Theater)


(subuh di 26A, lorong waktu yang baru……………..)

Tidak ada komentar: